Jangan Sepelekan Rematik


  - Masyarakat umumnya menganggap rematik adalah penyakit sepele karena tidak menimbulkan kematian. Padahal, jika tidak segera ditangani rematik bisa membuat anggota tubuh berfungsi tidak normal. Mulai dari benjol-benjol, sendi kaku, sulit berjalan, bahkan kecacatan seumur hidup.


Rematik atau biasa disebut arthritis adalah penyakit yang menyerang persendian dan struktur di sekitarnya. Menurut dr.Riardi Pramudiyo, SpPD-KR dari RS.Hasan Sadikin, Bandung, rematik bisa menyerang bagian kepala sampai kaki, sayangnya sampai kini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Terdapat ratusan jenis penyakit rematik, namun secara umum penyakit ini ditandai dengan sejumlah gejala, seperti nyeri di lutut, siku, pergelangan, maupun di bagian sendi-sendi lain. Gangguan ini dapat menyerang semua umur, pria-wanita, kaya atau miskin.

Menurut Riadi, jenis rematik yang paling banyak diderita penduduk dunia adalah arthritis reumatoid (AR) yaitu rematik radang sendi, gout (asam urat) yang disebabkan oleh kadar asam urat yang berlebihan dalam darah, dan osteoarthritis (OR), yaitu pengapuran sendi. OR adalah penyakit sendi yang paling banyak dijumpai. Penyakit ini bersifat degenaratif, yang angka kejadiannya meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

Gejala yang menyertainya antara lain, nyeri pada persendian setelah penderita melakukan aktivitas, atau saat perubahan cuaca dari panas ke dingin. Seperti diungkapkan Riadi, faktor pencetus OR biasanya karena ada penyakit lain atau keadaan tertentu. "Belum diketahui apa penyebab primer, namun penyebab sekundernya bisa karena orang kegemukan, sehingga beban yang harus disangga oleh lutut terlalu besar, atau karena berlebihan memakai lutut, misalnya pemain bola profesional," katanya.

Jenis penyakit rematik lain yang banyak diderita masyarakat Indonesia adalah arthritis reumatoid (AR). Penyakit ini paling sering menyerang kelompok usia 20-50 tahun. Gejala yang umum ditemukan adalah sendi kaku saat bangun tidur dan penderita sulit bergerak. Seperti yang dialami oleh pasien Riadi, Sari (27). "Awalnya sakit di persedian pergelangan tangan, lalu menyerang kaki dan lutut. Ketika bangun tidur tiba-tiba saja badan saya kaku," kata perempuan yang pertama kali diserang AR saat berusia 17 tahun. Rematik akibat peradangan yang melibatkan lebih dari satu sendi ini, sampai kini penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Menurut Riadi, kemungkinan besar karena faktor genetis, namun tidak selalu muncul kecuali ada pencetusnya, yaitu virus.

Pengobatan
Menurut Riadi, obat-obatan yang sekarang ada di pasaran belum ada yang bisa menyembuhkan penyakit rematik. Obat-obat itu hanya untuk mengurangi rasa nyeri dan mencegah kerusakan sendi lebih lanjut. "Pengobatan rematik biasanya jangka panjang," ujarnya. Jika rematik yang menyerang pasien sudah sampai tahap deformitas sendi (perubahan bentuk sendi) maka biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan termasuk mahal, bahkan ada obat yang harganya mencapai puluhan juta rupiah sekali suntik.

Obat yang biasa diberikan dokter pada pasien penyakit rematik antara lain golongan analgesik (penghilang rasa nyeri), yang bisa menekan prostaglandin, penyebab timbulnya peradangan. Obat ini memiliki efek samping gangguan lambung. Karena itu, hadirnya obat rematik yang lebih spesifik seperti celecoxib, disambut gembira karena memiliki efek samping yang kecil pada lambung dan ginjal. Golongan obat lain adalah kortikosteroid, untuk mengatasi inflamasi (peradangan) dan menekan sistem kekebalan tubuh sehingga reaksi radang pada rematik berkurang. Bentuk obat ini bisa berupa krim yang dioles pada kulit atau suntikan. Sayangnya, obat ini memiliki efek samping seperti pembengkakan, nafsu makan bertambah, berat badan naik, serta emosi yang labil.

Selain dengan obat-obatan, untuk mengurangi rasa nyeri juga bisa dilakukan tanpa obat, misalnya dengan kompres es. "Kompres es bisa menurunkan ambang nyeri dan mengurangi fungsi enzim," ujar Riadi. Kemudian, banyak jenis sayuran yang bisa dikonsumsi penderita rematik, misalnya jus seledri, kubis atau wortel yang bisa mengurangi gejala rematik.  Beberapa jenis herbal juga bisa membantu melawan nyeri rematik, misalnya jahe dan kunyit, biji seledri, daun lidah buaya, rosemary, aroma terapi, atau minyak juniper yang bisa menghilangkan bengkak pada sendi.

Selain mengobati, kita juga bisa mencegah datangnya penyakit ini, seperti tidak melakukan olahraga secara berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, serta menjaga agar asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan dari laut dalam. Jika Anda merasa tidak cukup mengkonsumsi ikan laut, mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung omega 3. Dalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara persendian agar tetap lentur.

Jangan anggap enteng gejala-gejala rematik yang timbul. Begitu rasa nyeri mulai muncul, segeralah periksakan diri ke dokter untuk mendeteksi mana yang sekedar pegal linu biasa atau yang merupakan gejala rematik.


Sumber: kcm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Blog


Silahkan Menjadi Follower Dan Dapatkan Info Yang Bermanfaat