Sabtu, 12 Desember 2009 | 12:44 WIB
KOMPAS.com - Petugas paramedis dicitrakan sebagai orang-orang yang mengerti tentang kesehatan dan arti hidup sehat. Karena itu agak mengejutkan mengetahui bahwa Yadi Mulyadi (25), perawat di sebuah rumah sakit adalah pecandu rokok.
Setiap hari pria yang sudah 10 tahun menjadi perokok aktif itu menghabiskan dua hingga tiga bungkus rokok. Meski sudah berulang kali mencoba berpisah dari nikotin, tapi kebiasaan buruknya itu sulit ia tinggalkan.
Namun, sekarang ia berhasil berhenti merokok. Bukan alasan kesehatan yang membuatnya berhasil, tapi karena ia termotivasi oleh keluarga kecilnya. "Bila saya bisa berhenti merokok hingga akhir hayat, akan saya persembahkan keberhasilan ini untuk istri dan bayi saya," katanya.
Meminta perokok untuk berhenti dari kebiasaannya memang bukan hal mudah dan butuh waktu. Bukan saja rokok itu menyebabkan ketagihan, tetapi rokok sudah menjadi bagian dari kehidupan perokok. Bayangkan saja betapa sulitnya untuk membuang kebiasaan buruk Anda.
Simak penuturan Firmansyah (50) seorang karyawan TVRI yang juga pecandu rokok berat ini. "Kalau di rumah tak ada rokok, tidur saya tak tenang. Biar tengah malam dan ada hujan petir pun, saya bela-belain keluar untuk beli rokok. Saya baru tenang bila sudah ada persediaan rokok untuk bangun tidur," katanya.
Sejak menjadi perokok aktif 30 tahun silam, Firmansyah tak pernah sedetik pun berpisah dari rokok. "Saya merasa diperbudak rokok," katanya. Meski begitu, bukan sekali dua kali ia berusaha berhenti merokok, namun semua usahanya gagal.
"Oleh dokter saya diminta untuk mengurangi rokok. Awalnya saya mulai tidak mengantongi bungkusan rokok, jadi hanya beli sebatang. Tapi, kok, tanggung sebatang, beli tiga batang. Lama-lama karena capek mondar-mandir ke warung, saya beli sebungkus lagi," ujarnya.
Bila sudah empat bulan ini Firmansyah terbebas dari pengaruh rokok, bukan hanya niat kuat yang mendorongnya. "Modal awalnya memang niat ikhlas untuk berhijrah," katanya. Setelah memiliki keinginan serius untuk berhenti, pria ini mengikuti terapi terpadu dari dokter. Ia lalu mengikuti program Quitters Are Champions yang membantu perokok yang memiliki keinginan kuat untuk berhenti.
Quitter Are Champions merupakan program yang dilakukan oleh PT Pfizer bekerja sama dengan RSUP Persahabatan Jakarta. 18 orang yang lolos seleksi medis, termasuk di antaranya Yadi dan Firmansyah, mengikuti berbagai sesi konseling dan terapi farmakologis di bawah pengawasan medis untuk mengatasi keinginan terus merokok. Dalam waktu tiga bulan, para peserta program ini berhasil lepas dari rokok.
Untuk sukses melepaskan diri dari jeratan nikotin, program ini harus mendapat dukungan penuh dari keluarga atau teman para perokok. Para bekas perokok ini menyatakan bahwa dukungan dari lingkungan dan orang-orang terdekatnya sangat penting dalam diri mereka. Pada umumnya motivasi terbesar para perokok untuk berhenti memang karena faktor keluarga. "Sejak memiliki anak, saya termotivasi untuk hidup sehat karena saya ingin melihat anak saya tumbuh besar," kata Yadi.
Bagi masyarakat umum yang memiliki keinginan kuat untuk berhenti merokok tapi belum sempat mengikuti program tersebut, bisa menghubungi Klinik Berhenti Merokok RSUP Persahabatn di nomor telepon 087 881 055 458 selama jam kerja. Bila Yadi dan Firmansyah bisa berhenti merokok, mengapa Anda tidak?
AN
Editor: Anna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar