Penyakit Kawasaki Masih Banyak Tak Terdeteksi

Kamis, 10 Desember 2009 | 10:57 WIB

TANGERANG, KOMPAS.com - Kasus Penyakit Kawasaki (PK) di Indonesia masih banyak yang tidak terdeteksi. Minimnya pengetahuan dan informasi di kalangan masyarakat dan tenaga medis membuat pendataan dan penanganan penyakit ini masih sulit dilakukan.

Demikian dikatakan dr Najib Advani, peneliti penyakit Kawasaki yang juga Ketua Unit Koordinasi Kerja Jantung Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Menurut Najib, dengan memperhitungan angka kejadian, usia, etnis, dan faktor lainnya, ada sekitar 5.000 kasus baru kawasaki muncul di Indonesia setiap tahunnya.

"Tetapi yang terdiagnosa selama tahun 2009 ini hanya ada sekitar 100-150 kasus saja. Berarti masih banyak yang tidak ketahuan karena masih kurangnya informasi dan pengetahuan masyarakat dan tenaga medis mengenai penyakit ini," ujar Najib Advani saat dihubungi Kompas.com, Kamis (10/12/2009)

Dokter Spesialis Anak Rumah Sakit Omni International, Serpong, Banten, itu menambahkan dari ratusan pasien yang terdiagnosa, sekitar 5 persennya meninggal dunia. Data penderita yang ada saat ini, sebagian besar berasal dari wilayah Jabodetabek saja. "Belum ada data pasti penderita kawasaki di seluruh Indonesia," ujarnya.

Najib menyatakan, Kawasaki merupakan penyakit misteri yang hingga saat ini belum diketahui penyebab pastinya. Meski diduga kuat akibat suatu infeksi, namun belum ada bukti yang meyakinkan. Karena itu, cara pencegahannya juga belum diketahui. Penyakit ini juga tidak terbukti menular.

Di Indonesia, kasus PK sejak tahun 1996, namun ada dokter yang menyatakan sudah menemukan sebelumnya. Penyakit ini, kata Najib, lebih banyak menyerang balita dari kalangan menengah ke atas dan ras mongol.

"Pasien lebih banyak dari golongan menengah ke atas. Lebih banyak dari warga keturunan China dengan perbandingan 60-40," ujar Najib.

Gejala penyakit kawasaki, lanjut Najib, mirip penyakit campak, mata, dan bibir merah, timbul kelenjar di leher seperti gondok, terkadang si anak tidak bisa diam ketika digendong. Bila tidak ditangani serius, penyakit Kawasaki dapat mengancam jiwa. Komplikasinya dapat menimbulkan serangan jantung (infrak miokard) akibat gumpalan darah yang menyumbat di daerah pelebaran.

Penderita penyakit ditemukan dr Kawasaki pada tahun 1967 ini harus menguras kantong lebih dalam. Pasalnya, terapi immunoglobulin yang digunakan oleh para penderita PK harganya bisa mencapai jutaan rupiah per gram.

AC

Editor: acandra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Blog


Silahkan Menjadi Follower Dan Dapatkan Info Yang Bermanfaat