ASMA BRONKIAL




                       ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKIAL



                                   DUDUT TANJUNG, S.Kp.



                                    Fakultas Kedokteran

                            Program Studi Ilmu Keperawatan

                                Universitas Sumatera Utara



Pengertian

        Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible

dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.

        Asma     bronchial    adalah   suatu   penyakit    dengan    ciri  meningkatnya     respon

trakea    dan   bronkus    terhadap    berbagai    rangsangan     dengan     manifestasi    adanya

penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara

spontan maupun hasil dari pengobatan ( The American Thoracic Society ).



Klasifikasi

    Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,

yaitu :

1.   Ekstrinsik (alergik)

    Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang

    spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan

    aspirin)   dan   spora   jamur.   Asma   ekstrinsik   sering   dihubungkan   dengan   adanya

    suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor

    pencetus   spesifik   seperti   yang   disebutkan   di   atas,   maka   akan   terjadi   serangan

    asma ekstrinsik.

2.   Intrinsik (non alergik)

    Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang

    tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan

    oleh   adanya   infeksi   saluran   pernafasan   dan   emosi. Serangan asma ini menjadi

    lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang

    menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma

    gabungan.

3.   Asma gabungan

    Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk

    alergik dan non-alergik.



Etiologi

         Ada    beberapa     hal  yang    merupakan      faktor   predisposisi    dan   presipitasi

timbulnya serangan asma bronkhial.



a. Faktor predisposisi

    •   Genetik

        Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui

        bagaimana   cara   penurunannya   yang   jelas.   Penderita   dengan   penyakit   alerg

        biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena

        adanya     bakat   alergi  ini,  penderita   sangat   mudah     terkena   penyakit    asma

        bronkhial   jika   terpapar   dengan   foktor   pencetus.   Selain   itu   hipersentifisitas

        saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.



b. Faktor presipitasi

    •   Alergen

        Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :



  ©2003 Digitized by USU digital library



                                                                                                 1


----------------------- Page 2-----------------------

         1.   Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan

             ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi

        2.    Ingestan, yang masuk melalui mulut

             ex: makanan dan obat-obatan

        3.    Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit

             ex: perhiasan, logam dan jam tangan



    •   Perubahan cuaca

        Cuaca     lembab    dan   hawa    pegunungan      yang    dingin   sering  mempengaruhi

        asma.   Atmosfir   yang   mendadak   dingin   merupakan   faktor  pemicu   terjadinya

        serangan      asma.    Kadang-kadang       serangan     berhubungan       dengan    musim,

        seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan

        dengan arah angin serbuk bunga dan debu.



    •   Stress

        Stress/   gangguan   emosi   dapat   menjadi   pencetus  serangan   asma,   selain   itu

        juga   bisa   memperberat   serangan   asma   yang   sudah   ada.   Disamping   gejala

        asma   yang      timbul   harus   segera   diobati   penderita   asma   yang   mengalami

        stress/gangguanemosi         perlu   diberi  nasehat    untuk   menyelesaikan      masalah

        pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum

        bisa diobati.



    •   Lingkungan kerja

        Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal

        ini   berkaitan   dengan   dimana   dia   bekerja.   Misalnya   orang   yang   bekerja   di

        laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini

        membaik pada waktu libur atau cuti.



    •   Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat

        Sebagian   besar   penderita   asma   akan   mendapat   serangan   jika   melakukan

        aktifitas    jasmani    atau   aloh   raga   yang    berat.  Lari   cepat   paling   mudah

        menimbulkan        serangan     asma.    Serangan     asma    karena    aktifitas  biasanya

        terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.



Patofisiologi

        Asma   ditandai     dengan   kontraksi   spastic   dari   otot   polos   bronkhiolus   yang

menyebabkan         sukar   bernafas.    Penyebab      yang    umum     adalah    hipersensitivitas

bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma

tipe   alergi   diduga   terjadi   dengan    cara   sebagai    berikut   :  seorang    yang   alergi

mempunyai   kecenderungan   untuk   membentuk   sejumlah   antibody   Ig   E   abnormal

dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan

antigen   spesifikasinya.   Pada   asma,   antibody   ini   terutama   melekat   pada   sel   mast

yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan

bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut

meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan

menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin,

zat    anafilaksis    yang    bereaksi    lambat    (yang     merupakan      leukotrient),    faktor

kemotaktik   eosinofilik   dan   bradikinin.   Efek   gabungan   dari   semua   faktor-faktor   ini

akan   menghasilkan   adema   lokal   pada   dinding   bronkhioulus   kecil   maupun   sekresi

mucus   yang   kental   dalam   lumen   bronkhioulus   dan   spasme   otot   polos   bronkhiolus

sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.

         Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada

selama   inspirasi   karena   peningkatan   tekanan   dalam   paru   selama   eksirasi   paksa



  ©2003 Digitized by USU digital library



                                                                                                  2


----------------------- Page 3-----------------------

menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka

sumbatan       selanjutnya    adalah    akibat   dari   tekanan    eksternal    yang    menimbulkan

obstruksi   berat   terutama   selama   ekspirasi.   Pada   penderita   asma   biasanya   dapat

melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi.

Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru

menjadi   sangat   meningkat   selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan

udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.



                                                   Pelepasan                 •  Bronkospasme

  Pencetus :                   Imun                mediator                  •  Edema mukosa

  •  Allergen                 respon               humoral                   •  Sekresi meningkat

  •  Olahraga                menjadi               •  Histamine              •  inflamasi

  •  Cuaca                     aktif               •  SRS-A

  •  Emosi                                         •  Serotonin

                                                   •  Kinin



                                                                               Penghambat

                                                                              kortikosteroid



Manifestasi Klinik

         Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala

klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah,

duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja

dengan keras.

         Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ),

batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala

tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan.

         Pada   serangan   asma   yang   lebih   berat   ,   gejala-gejala   yang   timbul   makin

banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada,

tachicardi   dan   pernafasan   cepat   dangkal   .   Serangan   asma   seringkali   terjadi   pada

malam hari.



Pemeriksaan laboratorium

1.    Pemeriksaan sputum

    Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:

     Kristal-kristal        charcot    leyden     yang    merupakan       degranulasi     dari   kristal

         eosinopil.

     Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang

         bronkus.

     Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

     Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid

         dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.



2.   Pemeriksaan darah

     Analisa   gas   darah   pada   umumnya   normal   akan   tetapi   dapat   pula   terjadi

         hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.

     Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.

     Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana

         menandakan terdapatnya suatu infeksi.



  ©2003 Digitized by USU digital library



                                                                                                     3


----------------------- Page 4-----------------------

   Pada   pemeriksaan   faktor-faktor   alergi   terjadi   peningkatan   dari   Ig   E   pada

      waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.



Pemeriksaan penunjang

1.   Pemeriksaan radiologi

    Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan

    menunjukan       gambaran     hiperinflasi   pada   paru-paru    yakni   radiolusen   yang

    bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.

    Akan    tetapi   bila  terdapat  komplikasi,    maka    kelainan   yang   didapat   adalah

    sebagai berikut:

     Bila       disertai  dengan     bronkitis,    maka     bercak-bercak      di  hilus   akan

        bertambah.

     Bila      terdapat   komplikasi    empisema     (COPD),    maka   gambaran     radiolusen

        akan semakin bertambah.

     Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru

     Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.

     Bila          terjadi     pneumonia         mediastinum,         pneumotoraks,         dan

        pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada

        paru-paru.

2.   Pemeriksaan tes kulit

    Dilakukan   untuk   mencari   faktor   alergi   dengan   berbagai   alergen   yang   dapat

    menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

3.   Elektrokardiografi

    Gambaran       elektrokardiografi    yang    terjadi  selama    serangan     dapat   dibagi

    menjadi     3   bagian,    dan   disesuaikan   dengan    gambaran     yang    terjadi  pada

    empisema paru yaitu :

     perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan

        clock wise rotation.

     Terdapatnya   tanda-tanda   hipertropi   otot   jantung,   yakni   terdapatnya   RBB

        ( Right bundle branch block).

     Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan

        VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

4.   Scanning paru

    Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara

    selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

5.   Spirometri

    Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling

    cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan

    bronkodilator.     Pemeriksaan      spirometer     dilakukan    sebelum     dan    sesudah

    pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.

    Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis

    asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan

    spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting

    untuk   menilai   berat   obstruksi   dan   efek   pengobatan.   Benyak   penderita   tanpa

    keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.



Komplikasi

Berbagai komplikasi     yang mungkin timbul adalah :

1.   Status asmatikus

2.   Atelektasis

3.   Hipoksemia

4.   Pneumothoraks

5.   Emfisema



©2003 Digitized by USU digital library



                                                                                             4


----------------------- Page 5-----------------------

  6.   Deformitas thoraks

  7.   Gagal nafas



Penatalaksanaan

Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :

1.   Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.

2.   Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma

3.   Memberikan      penerangan      kepada    penderita    ataupun     keluarganya     mengenai

    penyakit   asma,   baik   pengobatannya   maupun   tentang   perjalanan   penyakitnya

    sehingga      penderita     mengerti     tujuan    penngobatan       yang    diberikan     dan

    bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnnya.



Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:

1.  Pengobatan  non farmakologik:

     Memberikan penyuluhan

     Menghindari faktor pencetus

     Pemberian cairan

     Fisiotherapy

     Beri O2 bila perlu.



2.   Pengobatan farmakologik :

     Bronkodilator        :  obat   yang    melebarkan     saluran   nafas.   Terbagi    dalam   2

        golongan :

        a.   Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)

            Nama obat :

                -   Orsiprenalin (Alupent)

                -   Fenoterol (berotec)

                -   Terbutalin (bricasma)

            Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup,

            suntikan   dan   semprotan.   Yang   berupa   semprotan:   MDI   (Metered   dose

            inhaler).   Ada   juga   yang   berbentuk   bubuk   halus   yang   dihirup   (Ventolin

            Diskhaler   dan   Bricasma   Turbuhaler)   atau   cairan   broncodilator   (Alupent,

            Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi

            aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.

        b.   Santin (teofilin)

            Nama obat :

            -   Aminofilin (Amicam supp)

            -   Aminofilin (Euphilin Retard)

            -   Teofilin (Amilex)

            Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara

            kerjanya   berbeda.   Sehingga   bila   kedua   obat   ini   dikombinasikan   efeknya

            saling memperkuat.

            Cara    pemakaian     :  Bentuk    suntikan   teofillin  /  aminofilin  dipakai  pada

            serangan      asma     akut,   dan    disuntikan    perlahan-lahan     langsung     ke

            pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau

            sirupnya   sebaiknya   diminum   sesudah   makan.   Itulah   sebabnya   penderita

            yang   mempunyai   sakit   lambung   sebaiknya   berhati-hati   bila   minum   obat

            ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya

            dimasukkan       ke  dalam    anus.   Supositoria   ini  digunakan    jika  penderita

            karena   sesuatu   hal   tidak   dapat   minum   teofilin   (misalnya   muntah   atau

            lambungnya kering).



         Kromalin



  ©2003 Digitized by USU digital library



                                                                                                5


----------------------- Page 6-----------------------

            Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan

            asma.   Manfaatnya   adalah   untuk   penderita   asma   alergi   terutama   anak-

            anak.   Kromalin   biasanya   diberikan   bersama-sama   obat   anti   asma   yang

            lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.

         Ketolifen

            Mempunyai   efek   pencegahan   terhadap   asma   seperti   kromalin.   Biasanya

            diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah

            dapat diberika secara oral.



Pengkajian

        Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:



Riwayat kesehatan yang lalu:

•   Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.

•   Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.

•   Kaji riwayat pekerjaan pasien.



Aktivitas

•   Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.

•   Adanya     penurunan    kemampuan/peningkatan         kebutuhan    bantuan    melakukan

    aktivitas sehari-hari.

•   Tidur dalam posisi duduk tinggi.



Pernapasan

•   Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.

•   Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.

•   Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu, melebarkan

    hidung.

•   Adanya bunyi napas mengi.

•   Adanya batuk berulang.



Sirkulasi

•   Adanya peningkatan tekanan darah.

•   Adanya peningkatan frekuensi jantung.

•   Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.

•   Kemerahan atau berkeringat.



Integritas ego

•   Ansietas

•   Ketakutan

•   Peka rangsangan

•   Gelisah



Asupan nutrisi

•   Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.

•   Penurunan berat badan karena anoreksia.



Hubungan sosal

•   Keterbatasan mobilitas fisik.

•   Susah bicara atau bicara terbata-bata.

•   Adanya ketergantungan pada orang lain.



  ©2003 Digitized by USU digital library



                                                                                           6


----------------------- Page 7-----------------------

Seksualitas

•   Penurunan libido



Diagnosa dan Intervensi Keperawatan



Diagnosa 1 : Tak efektif bersihan jalan nafas b/d bronkospasme.



Hasil yang diharapkan: mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi bersih dan

jelas.



                INTERVENSI                                        RASIONAL

Mandiri

  •   Auskultasi     bunyi    nafas,   catat         •   Beberapa        derajat    spasme

      adanya bunyi nafas, ex: mengi                      bronkus        terjadi      dengan

                                                         obstruksi     jalan    nafas    dan

                                                         dapat/tidak      dimanifestasikan

                                                         adanya nafas advertisius.



  •   Kaji      /     pantau       frekuensi         •   Tachipnea   biasanya   ada   pada

      pernafasan, catat rasio inspirasi /                beberapa      derajat  dan    dapat

      ekspirasi.                                         ditemukan      pada    penerimaan

                                                         atau    selama    stress/   adanya

                                                         proses infeksi akut.



  •   Catat    adanya     derajat   dispnea,         •   Disfungsi     pernafasan     adalah

      ansietas,     distress    pernafasan,              variable yang tergantung pada

      penggunaan obat bantu.                             tahap      proses     akut    yang

                                                         menimbulkan        perawatan      di

                                                         rumah sakit.



  •   Tempatkan      posisi  yang   nyaman           •   Peninggian       kepala     tempat

      pada        pasien,      contoh       :            tidur     memudahkan         fungsi

      meninggikan kepala tempat tidur,                   pernafasan                  dengan

      duduk pada sandara tempat tidur                    menggunakan gravitasi.



  •   Pertahankan       polusi   lingkungan          •   Pencetus          tipe        alergi

      minimum, contoh: debu, asap dll                    pernafasan      dapat    mentriger

                                                         episode akut.



  •   Tingkatkan        masukan       cairan         •   Hidrasi                 membantu

      sampai     dengan    3000    ml/   hari            menurunkan              kekentalan

      sesuai        toleransi       jantung              sekret,     penggunaan       cairan

      memberikan air hangat.                             hangat      dapat     menurunkan

                                                         kekentalan                  sekret,

                                                         penggunaan        cairan    hangat

                                                         dapat     menurunkan       spasme

                                                         bronkus.

  Kolaborasi

  •   Berikan      obat    sesuai    dengan          •   Merelaksasikan otot halus dan

      indikasi bronkodilator.                            menurunkan         spasme     jalan

                                                         nafas,    mengi,    dan   produksi

                                                         mukosa.



  ©2003 Digitized by USU digital library



                                                                                              7


----------------------- Page 8-----------------------

Diagnosa 2: Malnutrisi b/d anoreksia



Hasil yang diharapkan : menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang

tepat.



              INTERVENSI                                    RASIONALISASI



  Mandiri

  •   Kaji   kebiasaan    diet,  masukan          •   Pasien distress pernafasan akut

      makanan saat ini. Catat derajat                 sering       anoreksia      karena

      kerusakan makanan.                              dipsnea.



  •   Sering lakukan perawatan oral,              •   Rasa tak enak, bau menurunkan

      buang     sekret,  berikan   wadah              nafsu      makan       dan     dapat

      khusus  untuk sekali pakai.                     menyebabkan           mual/muntah

                                                      dengan     peningkatan     kesulitan

                                                      nafas.

  Kolaborasi

  •   Berikan      oksigen     tambahan           •   Menurunkan          dipsnea      dan

      selama makan sesuai indikasi.                   meningkatkan        energi     untuk

                                                      makan, meningkatkan masukan.



Diagnosa      3   :  Kerusakan     pertukaran     gas   b/d    gangguan     suplai    oksigen

                (spasme bronkus)



Hasil yang diharapkan ; perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan edukuat.



              INTERVENSI                                   RASIONALISASI



  Mandiri

  •   Kaji/awasi     secara   rutin  kulit        •   Sianosis     mungkin      perifer

      dan membrane mukosa.                            atau     sentral   keabu-abuan

                                                      dan    sianosis  sentral  meng-

                                                      indikasi      kan      beratnya

                                                      hipoksemia.



  •   Palpasi fremitus                            •   Penurunan      getaran    vibrasi

                                                      diduga    adanya   pengumplan

                                                      cairan/udara.



  •   Awasi    tanda   vital  dan   irama         •   Tachicardi,     disritmia,   dan

      jantung                                         perubahan      tekanan     darah

                                                      dapat      menunjukan       efek

                                                      hipoksemia      sistemik    pada

                                                      fungsi jantung.



  Kolaborasi

  •   Berikan      oksigen     tambahan           •   Dapat      memperbaiki      atau

      sesuai    dengan    indikasi   hasil            mencegah         memburuknya

      AGDA dan toleransi pasien.                      hipoksia.



  ©2003 Digitized by USU digital library



                                                                                            8


----------------------- Page 9-----------------------

Diognasa 4: Risiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuat imunitas.

Hasil yang diharapkan :

    -   mengidentifikasikan      intervensi   untuk   mencegah     atau   menurunkan     resiko

        infeksi.

    -   Perubahan ola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang nyaman.



              INTERVENSI                                    RASIONALISASI



Mandiri

  •   Awasi suhu.                                  •   Demam dapat terjadi karena

                                                       infeksi dan atau dehidrasi.



  •   Diskusikan     kebutuhan      nutrisi        •   Malnutrisi      dapat     mem-

      adekuat                                          pengaruhi   kesehatan   umum

                                                       dan    menurunkan       tahanan

                                                      terhadap infeksi



  Kolaborasi

  •   Dapatkan        specimen       sputum        •   untuk          mengidentifikasi

      dengan     batuk    atau   pengisapan            organisme      penyabab      dan

      untuk                      pewarnaan             kerentanan             terhadap

      gram,kultur/sensitifitas.                        berbagai anti microbial



Diagnosa 5: Kurang pengetahuan b/d kurang informasi ;salah mengerti.



Hasil yang diharapkan :

•   menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.



              INTERVENSI                                    RASIONALISASI



  •   Jelaskan      tentang      penyakit      •   Menurunkan ansietas dan dapat

      individu                                     menimbulkan               perbaikan

                                                   partisipasi      pada       rencana

                                                   pengobatan.



  •   Diskusikan      obat    pernafasan,      •   Penting   bagi   pasien   memahami

      efek   samping   dan   reaksi   yang         perbedaan   antara   efek   samping

      tidak diinginkan.                            mengganggu dan merugikan.



  •   Tunjukkan     tehnik   penggunaan        •   Pemberian      obat    yang    tepat

      inhakler.                                    meningkatkan keefektifanya.



  ©2003 Digitized by USU digital library



                                                                                             9


----------------------- Page 10-----------------------

                                     DAFTAR PUSTAKA



Baratawidjaja,    K.  (1990)   “Asma   Bronchiale”,   dikutip  dari  Ilmu  Penyakit   Dalam,

      Jakarta : FK UI.

Brunner & Suddart (2002) “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah”, Jakarta : AGC.

Crockett,    A.  (1997)    “Penanganan     Asma    dalam    Penyakit   Primer”,   Jakarta   :

      Hipocrates.

Crompton, G. (1980) “Diagnosis and Management of Respiratory Disease”, Blacwell

      Scientific Publication.

Doenges,     M.  E.,  Moorhouse,   M.   F.  &  Geissler,  A.  C.  (2000)  “Rencana   Asuhan

      Keperawatan”, Jakarta : EGC.

Guyton & Hall (1997) “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”, Jakarta : EGC.

Hudak & Gallo (1997) “Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik”, Volume 1, Jakarta :

      EGC.

Price, S & Wilson, L. M. (1995) “Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit”,

      Jakarta : EGC.

Pullen, R. L. (1995) “Pulmonary Disease”, Philadelpia : Lea & Febiger.

Rab, T. (1996) “Ilmu Penyakit Paru”, Jakarta : Hipokrates.

Rab, T. (1998) “Agenda Gawat Darurat”, Jakarta : Hipokrates.

Reeves,   C.   J.,   Roux, G & Lockhart, R. (1999) “Keperawatan Medikal Bedah”, Buku

      Satu, Jakarta : Salemba Medika.

Staff Pengajar FK UI (1997) “Ilmu Kesehatan Anak”, Jakarta : Info Medika.

Sundaru, H. (1995) “Asma ; Apa dan Bagaimana Pengobatannya”, Jakarta : FK UI.



  ©2003 Digitized by USU digital library



                                                                                          10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Blog


Silahkan Menjadi Follower Dan Dapatkan Info Yang Bermanfaat