Gangguan Reumatik


Prinsip Dasar Penatalaksanaan
Gangguan Reumatik 

Harry Isbagio
Subbagian Reumatologi Bagian Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
R.S. Dr. Ciplomangunkusumo, Jakarta 

PENDAHULUAN 

Walaupun dikenal lebih dari 100 macam penyakit reumatik,
secara umum penatalaksanaan untuk mengatasinya hampir sama.
Pada keadaan awal penderita dapat ditangani oleh dokter
umum, kecuali pada keadaan gawat darurat seperti pada artritis
septik. Konsultasi pada seorang ahli diperlukan untuk keadaan
inflamasi sendi yang tidak khas diagnosisnya, untuk mendapat
suatu second opinion pada keadaan artritis yang menetap lebih
dari 3 bulan dan pada keadaan kronik. 

Umumnya insidens dari penyakit seperti artritis reumatoid,
spondiloartropati seronegatif dan penyakil. jaringan ikat Iainnya
tidaklah begitu besar, yang lebih sering ditemukan ialah osteo-
artritis, reumatik non-artikuler dan penyakit gout. Dengan
demikian pada sebagian besar kasus dapat diobati dengan
menggunakan prinsip pengobatan dasar. 

LANGKAH PENATALAKSANAAN 

Langkah penatalaksanaan gangguan reumatik dapat dibagi
dalam 3 tahap, (tabel 1) yaitu : 

1)
Lesi akut 

2)
Artritis persiten 

3)
Destruksi sendi 

Sedangkan jenis pengobatan yang diberikan meliputi hal
sebagai berikut : 

1)
Pengobatan medikamentosa 

2)
Pengobatan bedah 

3)
Program rchabilitasi 

Tujuan dalam pengobatan gangguan reumatik meliputi : 

1)
Mengurangi nyeri sendi 

2)
Memelihara fungsi sendi 

3)

Mencegah terjadinya cacad/disabilitas 

Sedangkan pada tabel 2, dapat dilihat cara untuk mencapai
tujuan pengobatan gangguan reumatik. 

Tabel 1. Langkah Penatalaksanaan Gangguan Reumatik
Tahap Medik Bedah Rehabilitasi 

Lesi akut
Artritis persisten
Destruksi sendi
• Analgetik
• Obatanti
inflamasi non-
steroid
•Aspirasi cairan
sendi
• Suntikan intra-
artikuler
• OAINS
• Obat remitif
• Suntikan
kortikosteroid
intraartikuler
• Analgetik
• "Drainage"
•Traksi
• Sinevcktomi
• Reparasi tendon
• Eksisi tulang
• Ganti sendi
(joint
replacement) 

• Istirahat
• Bidai,collar
• Es
• Latihan sedcrhana
• Alat hantu
• Pcnyesuaian pola
kerja 

•Bidai kerja
•Proteksi sendi
•Tongkat
•Kursi rods
•Penyesuaian diri
•Bantuan finansial. 

1. MENGURANGI NYERI SENDI 

Istirahat
Makna istirahat tidak boleh dilupakan. Penderita dengan lesi
akut harus istirahat total di tempat tidur. Pendcrita dengan lesi
kronik hams melakukan penyesuaian diri dalam pekerjaannya
sehingga tidak terlalu lelah, cukup istirahat dan tidur nyenyak
pada malam hari. 

Umumnya penderita patuh selama dirawat di rumah sakit,
tetapi mereka perlu mendapat dorongan untuk mempertahankan
hal tersebut bila sudah kembali ke masyarakat. 

Bidai
Bidai pada keadaan akut sangat membantu mengurangi
rasa nyeri dan mencegah deformitas, terutama pada wadi lutut,
tangan, pergelangan tangan dan siku. 

Cermin Dunia Kedokteran No. 78, 1992 15Tujuan Cara 

1. Menghilangkan rasa nyeri
2. Memelihara fungsi sendi
3. Mencegah cacad/disabilitas
• Istirahat, traksi
• Bidai, collar
• Aspirasi cairan sendi
• Suntikan kortikosteroid intraanikuler
• Analgetik
• OAINS
• Ganti sendi
• Es
• Latihan sendi
• Bidai, collar, korsct
• Ilidroterapi
• Kesegaran tubuh
• Proteksi
• Identifikasi, penilaian
• Alat bantu
• Penyesuaian diri
• Iatihan kerja ulang
• Bantuan finansial 

Penggunaan bidai baku atau simple soft collar dapat diper-
timbangkan, walaupun yang paling ideal ialah plaster dari Paris.
Traksi mungkin diperlukan bila ada gangguan panggul,
pinggang atau tengkuk.
Aspirasi Sendi dan Suntikan Intraartikuler
Aspirasi pada sendi yang membengkak akut sangat dianjur-
kan, selain dapat mengurangi rasa nyeri juga berguna untuk
diagnosis. 

Suntikan kortikosteroid intraartikuler atau ke jaringan
lunak sangat bcrhasil mengurangi rasa nyeri.
Drainage surgikal terutama pada artritis septik sangat
membantu pengobatan. 

Obat
Pada keadaan inflamasi maka obat antiinflamasi non steroid
lebih efektif dari analgetik. Adanya efek samping pada traktus
gastrointestinal, ginjal dan kulit perlu dijelaskan pada penderita
terutama yang usia lanjut. 

Penggunaan obat lokal transdermal mungkin lebih cocok
untuk sejumlah penderita, selain itu dapat mengurangi risiko
perdarahan gastrointestinal.

Bedah ortopedi, baik pada jaringan lunak atau rekonstruksi
pada awal artritis atau joint replacement memberikan hasil yang
sangat memuaskan dalam menghilangkan rasa nyeri.


2. MELIHARAAN FUNGSI SENDI 

Fisioterapi
Bahaya dari istirahat jangka pendek terlalu dilebih-lebih-
kan; sendi tidak akan menjadi kaku dalam beberapa hari saja,
sebaliknya melakukan latihan otot pada keadaan cedera atau
inflamasi tidak dianjurkan. 

Bila inflamasi sudah recta maka latihan penguat dan per-
gerakan sendi perlu segera dilakukan. Pada beberapa kasus maka
tcrapi dilakukan dengan menggunakan es, latihan ringan dan
beban ringan. Dokter dapat mengajarkan latihan ringan, sedang-
kan fisioterapist melakukan latihan yang lebih kompleks.
Untuk cedcra jaringan Iunak perlu sekali pengawasan sebe-
lum kembali berolah raga atau bekerja, disertai dengan latihan
jangka panjang. 

Pada keadaan kronik maka latihan untuk kesegaran jasmani
dan menjaga ukuran badan (penurunan berat badan) perlu di-
lakukan. 

Hidroterapi
Latihan di dalam air sangat berguna untuk mengembalikan
kekuatan dan stamina. Latihan di bawah pengawasan fisio-
tcrapist dalam kolam dengan suhu antara 34°¬36°C sangat
ideal, terutama untuk anak dan usia lanjut. Di dalam kolam
renang, pengaruh gravitasi berkurang sehingga sangat baik
untuk menguatkan otot atau bila ada lesi tulang (fraktur atau
osteoporosis), serta sangat baik untuk mobilisasi coxae, bahu
dan tulang belakang.
Bidai
Bidai, collar dan korset dikombinasi dengan latihan dapat
mcncegah deformitas dan menjaga postur tubuh. Perlu dijelas-
kan pada penderita cara menggunakan bantal, kasur dan kursi
yang bcnar, dijelaskan pula tentang posisi badan waktu kerja dan
bagaimana cara mengangkat barang yang benar.

3. PENCEGAHAN DISABILITAS 

Penyakit reumatik kronik dapat mengakibatkan disabilitas,
olch karena itu perlu dijaga agar tidak sampai terjadi handicap.
Pencatatan yang baik dari suatu penyakit kronis pada praktek
umum sangat membantu dalam mengidentifikasi masalah pen-
derita. 

Penilaian keadaan di rumah dan tempat kerja sangat panting.
Perubahan sederhana pada pola kerja dan perubahan jadwal
rutin dapat diberikan balk oleh seorang dokter, maupun oleh
fisioterapist dan occupational therapist. 

Alat Bantu
Berbagai alat bantu untuk membantu pasien untuk mobili-
tas, kegiatan sehari-hari dan bekerja telah dikembangkan. Bebe-
rapa pasien kurang menghargai alat bantu tersebut sampai ia
mencoba sendiri penggunaan alat tersebut. 

Problema Sosial 
Disabilitas dapat mengakibatkan problema sosial-ekonomi
akibat handicap, berupa mobilitas yang tcrbatas, kontak sosial
yang terbatas, gizi yang jelek dan sebagainya. Sebaiknya seorang
dokter mengetahui instansi sosial yang dapat mcmbantu me-
nangani masalah ini. 

PENUTUP
Prinsip dasar penatalaksanaan gangguan reumatik sebaiknya
diketahui olch para doktcr umum. Dari sckian banyak pasien
maka prinsip pengobatannya adalah sama, tidak semua pasien
harus dirujuk kepada scorang dokter ahli. Bila dengan pen-
gobatan dasar tidak diperolch kemajuan, barulah dirujuk pada doktcr ahli.
Cermin Dunia Kedokteran No. 78, 1992 

KEPUSTAKAAN
1. Mowat AG. Management Principles of Rheumatics Disorder. Medicine
3: 3091, 1990.
2. Schumacher HR. Rehabilitative Therapies for Patients with Rheumatic
Disease. In: Primer on the Rheumatics Diseases, Schumacher et at (ed.).
Ninth ed. Atlanta GA: Arthritis Foundation. 1988, p. 301.
3. Fries IF. Assessment of the Patient with Rheumatics Disease. In: Textbook
of Rheumatology. Kelley WN et at (ed). Third ed. Philadelphia, London,
Toronto, Montreal, Sydney, Tokyo: WIi Saunders Co 1989, p. 420.
Cermin Dunia Kedokteran No. 78, 1992 17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Blog


Silahkan Menjadi Follower Dan Dapatkan Info Yang Bermanfaat