Rheumatoid arthritis (RA) atau terkadang orang awam menyebutnya rematik adalah suatu penyakit inflamasi sistemik yang kronik. Pasien biasanya mengalami gejala awal-gejala biasanya samar-samar, sepeti nyeri musculoskeletal (otot dan tulang) yang cepat berlalu dan morning stiffness (kaku pada pagi hari) yang berlangsung beberapa minggu atau bulan tanpa menghasilkan diagnosis. Penyakit ini dapat menyebabkan ketidakmampuan dan kecacatan, bahkan dalam kondisi penyakit yang masih awal. RA juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan moodpada penderitanya. Hal ini dapat terlihat dari beberapa kasus pasien RA yang ternyata juga disertai depresi. Sampai saat ini penyebab pasti dari penyakit ini belum diketahui. Penyakit ini biasanya mengenai membran sinovial dari berbagai sendi penghubung. Prevalensinya pada populasi umum adalah sebesar 1-2%, dan perempuan menderita tiga kali lipat lebih banyak daripada pria. Biasanya penyakit ini bermula pada usia sekitar 20�40 tahun. Dahulu penyakit ini dianggap sebagai penyakit yang ringan, tapi saat ini terdapat kecenderungan penyakit ini mempertinggi angka kematian dan menyebabkan ketidakberdayaan yang berat sehingga pengobatan awal dan agresif sangat diperlukan. Walaupun banyak penelitian baik di bidang genetik maupun imunologi, penyebab RA tetap tidak dapat diketahui pasti.Penelitian saat ini banyak memfokuskan pada kemungkinan bahwa penyakit ini merupakan hasil dari infeksi oleh organisme yang tidak diketahui, berlangsung secara genetik pada host (individu) yang rentan. Penelitian yang berusaha untuk menjelaskan apakah stres akut mempunyai peranan dalam terjadinya RA mendapatkan hasil bervariasi. Beberapa penelitian mengatakan beberapa pasien akan memberikan sensitivitas berbeda terhadap suatu stress yang potensial. Adanya hendaya (ketidakmampuan) dalam hubungan interpersonal sangat bermakna dalam pengalaman yang penuh tekanan pada pasien-pasien rheumatoid arthritis. Depresi dan Rheumatoid Arthritis Kepustakaan mencatat beberapa penyakit yang mengenai sistem muskuloskeletal yang mempunyai peranan terhadap timbulnya depresi. Penyakit yang sering dihubungkan adalah osteoarthritis (OA), rhemautoid arthritis (RA), dan fibromyalgia.Abdel menyatakan dalam penelitiannya bahwa gejala depresi lebih banyak terdapat pada penyakit RA dibandingkan OA. Lebih jauh dikatakan bahwa pada pasien rheumatoid arthritis terdapat sekurangnya seperempat atau lebih pasien yang menderita depresi. Data lain menyebutkan prevalensi depresi pada pasien RA berkisar 14% sampai 46%. Penelitian menyebutkan, gejala depresi lebih sering terdapat pada pasien RA daripada gambaran diagnosis depresi secara klinik. Hal lain yang mungkin terjadi adalah karena keluhan RA dengan gejala depresi hampir mirip,yaitu kelelahan,mengantuk,hilang energi,dan pertanyaan berkenaan dengan hal ini terdapat pada kuesioner dan alat bantu tes psikologis. Ini dapat menyebabkan kejadian depresi pada pasien RA dipandang sebelah mata. Penelitian yang dilakukan Abdel mencatat bahwa data demografik seperti status perkawinan dan masyarakat kota berhubungan dengan angka timbulnya gejala depresi pada pasien RA.Pasien yang tidak menikah akan lebih mudah mengalami gejala depresi berkenaan dengan penyakit RA daripada yang menikah. Peneliti lain juga mengatakan bahwa tidak menikah merupakan faktor prediksi bermakna untuk timbulnya depresi pada pasien RA. Keadaan tempat tinggal pasien RA tidak pernah diteliti sebelumnya.Namun, berdasarkan penelitian Abdel, ternyata pasien RA yang tinggal di perkotaan lebih banyak yang mengalami depresi daripada yang tinggal di pedesaan. Kemungkinan faktor yang berhubungan dengan hal ini adalah kepuasan hidup dan mobilitas pasien. Apa yang Dapat Dilakukan Pengobatan penyebab dasar haruslah ditangani segera. Untuk itu pasien harus berkonsultasi secara tepat dengan ahlinya. Pasien dengan gejala yang mengarah ke diagnosis rheumatoid arthritis dapat berkonsultasi ke dokter penyakit dalam yang ahli di bidang rheumatologi (konsultan rheumatologi) atau bisa juga ke dokter penyakit dalam. Depresi atau lebih tepatnya gejala depresi yang muncul akibat menderita rheumatoid arthritis biasanya akan membaik dengan semakin baiknya penyakit yang diderita oleh pasien. Pengobatan depresi menggunakan obat-obatan antidepresan yang mempunyai efek anti nyeri juga seperti golongan amitriptiline dan golongan serotonin norephineprine reuptake inhibitor dapat menjadi pilihan bila gejala depresi menetap dan menghambat proses rehabilitasi penyakit dasarnya. Psikoterapi juga memegang peranan penting. Suatu penelitian mengatakan hasil yang baik yang didapatkan pada terapi kognitif pasien rheumatoid arthritis, baik untuk gejala depresinya maupun untuk gejala penyakit dasarnya. Tentunya hal ini membutuhkan kerja sama yang baik dari berbagai disiplin ilmu untuk menghasilkan harapan sembuh yang lebih baik lagi bagi pasien rheumatoid arthritis. (*) dr Andri SpKJ Psikiater Klinik Psikosomatik RS Omni Internasional, Alam Sutera |
Cara Bebas Dari Gluten dan Bahayanya, Mari Hidup Sehat Tanpa Gluten
-
Cara Bebas Gluten
Disunting oleh ID_mmuhlan
Gluten adalah sejenis protein yang ditemukan dalam tepung dan beberapa
sereal lainnya, termasuk oat, gandum ...
9 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar